Pada masa kini dan yang akan datang, perkembangan suatu
bidang ilmu akan lebih banyak dipengaruhi oleh keberadaan bidang-bidang ilmu
lain. Tembok-tembok yang membatasi suatu bidang ilmu dengan bidang ilmu yang
lain sedikit demi sedikit akan menjadi lebih ransparan. Bidang-bidang ilmu yang
berbeda dan ada di luar tembok secara nyata mempengaruhi perkembangan bidang
ilmu tertentu.
Ilmu arsitektur tidak terlepas dari fenomena ini. Sebagai misal
bidang ilmu seni tampaknya merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari proses
pendidikan di bidang arsitektur. Dari ilmu fisika, sudah sejak lama ilmu
arsitektur memperoleh dukugnan dalam penelaahan isu pencahayaan, penghawaan,
dan kebisingan. Ilmu matematika memberikan dukungan dalam membangun pengertian
dan rumus-rumus mengenai kekuatan suatu konstruksi. Akhir-akhir ini, dengan
melandanya perangkat computer sebagai alat bantu di bidang pendidikan,
perkembangan studi di bidang arsitektur juga tidak lepas dari pengaruh ini. Perancangan
dengan bantuan computer sudah merupakan mata pelajaran yan banyak diminati oleh
para mahasiswa di bidang arsitektur.
Kepedulian akan kualitas hidup manusia membantu
perkembangnya ilmu arsitektur ke arah hal-hal yang mengandung permasalahan sosial.
Permasalahan sosial yang pada mulanya tidak banyak dibicarakan, bahkan sering
dihindari dengan alasan sempit bahwa masalah sosial adalah masalahnya bidang
ilmu sosial, akhirnya mulai menjadi bahan kajian. Isu tentang kenyamanan ruang,
kesesakkan, rasa terisolasi adalah sekedar contoh yang mulai banyak
dibicarakan. Dalam hal ini, bantuan ilmu-ilmu humaniora sangat besar peranannya
dalam menunjang perancangan di bidang arsitektur.
Ilmu hubungan arsitektur lingkungan dan perilaku memperoleh
manfaat dari bantuan ilmu-ilmu humaniora ini. Kehadirannya menjadi sangat
berarti setelah adanya peristiwa diledakkannya sebuah bangunan kompleks
perumahan di Amerika Serikat yang beberapa waktu sebelumnya memperoleh penghargaan (awards) yang sangat prestisius dari
intstitusi arsitek di Negara tersebut. Bangunan yang secara arsitektur dianggap
oleh institusi tersebut patut mendapat penghargaan, ternyata di dalamnya
menimbulkan berbagai permasalahan kepada penghuninya. Vandalisme dan tindakan criminal
menyebabkan hilangnya rasa aman para penghuninya tersebut. Nampaknya peranangan
bangunan tesebut tidak dapat menumbuhkan kemampuan penghuni dalam mengontrol
lingkungan sekitarnya.
Haryadi & B. Setiawan, dalam karya “Arsitektur
Lingkungan dan Perilaku”
***
Jadi semakin merenungi tulisan Ustadz Adian Husaini, dalam
bukunya, “ Muslimlah Daripada LIBERAL; Catatan Perjalanan di Inggris”
***
Spesialisasi yang membutakan terhadap bidang lain, menurut
Jose Ortega Y Gasset, filosof Spanyol yang berpengaruh besar selepas Nietszche,
telah melahirkan “manusia biadap baru” (new barbarian). Gasset menulis,”
perubahan ini jelas-jelas fatal. Eropa saat ini menerima akibat yang amat
mengancam. Situasi runyam di Eropa saat ini adalah akibat fakta bahwa orang
Jerman, Inggris, dan Prancis rata-rata/awam bukanlah sosok-sosok yang berbudaya; mereka tidak peduli akan sistem penting
tentang pemikiran dunia dan manusia, yang berasal dari masa kita. Orang
rata-rata ini adalah manusia biadab baru yang tertinggal dalam peradaban
kontemporer, kuno, dan primitif dibandingkan dengan masalah ini, yang merupakan
suatu hal yang modern dalam kondisi suram dan kaku. Manusa biadab baru ini pada
dasarnya orang yang profesional, jauh terpelajar daripada sebelumnya, tapi pada
saar bersamaan juga tidak lebih berbudaya.”
Bahkan, menurut Jascues Maritain, pemikir Katolik asal
Prancis, pendidikan yang terlalu cenderung ke arah spesialisasi sebenarnya
melatih manusia untuk menjadi binatang, sebab binatang memang mempunyai
kemahiran sangat khusus dalam suatu bidang tertentu. Prof. Wan Mohd Nor menulis
bahwa tradisi keilmuan dalam Islam tidak mengenal sifat Lspesialisasi buta”
seperti ini. Ilmuan-ilmuan islam dulu dikeanal luas memiliki penguasaan di
berbagai bidang.
***
Berarti, “Nggak ada cerita belajar wudlu thaharah, sholat,
rukun iman, mempelajari Islam bagi orang muslim hanya untuk para Ustadz/kiai”,
iyakan?
Komentar