“Dik,
kenapa engkau menangis sedih?”
“Entahlah,
aku lelah dengan semua ini mas. Aku tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi
situasi ini. Aku seakan merasa sendiri di antara lautan orang. Aku telah lelah.
Tak sanggup lagi bertahan dengan semua ini.”
“Dik,
kenapa engkau bersedih? Padahal engkau telah melakukan begitu banyak hal,
mengorbankan sesuatu yang tak semua orang bisa, dan engkau telah memanfaatkan
waktu dan tenagamu untuk kebaikan? Kenapa engkau bersedih?
“Memanfaatkan
waktu lebih berat daripada memperbaiki masa lalu dan masa depan. Memanfaatkan
waktu berarti melakukan amal-amal paling paling utama, paling berguna bagi
diri, dan paling banyak membawa kebahagiaan.” Beliau melanjutkan, “Barang siapa
tidak mengisi waktunya untuk Alloh dan petunjuk Alloh, maka baginya mati lebih
baik daripada hidup.”[1]
***
Masa
Kanak-Kanak memang masa paling indah. keindahannya sering mengendap dalam
pikiran orang hingga dewasa, tanpa ia ketahui detil-detilnya secara cermat. Karena
dalam masa itu manusia lebih banyak bermain dengan perasaan dan buaian
keindahan di alam tersendiri. Bukan alam logika. tapi meski tak tercermati
sedetil-detilnya -seperti masa remaja dan dewasa-, memori masa kecil tanpa
terasa membentuk sebagian besar watak dan kebiasaan seseorang.
***
Hidup ini
Alloh yang menciptakan. Maka warna hidup, liku-liku, ruas-ruas perjalanannya,
selalu sulit ditebak dan direka-reka.
***
Segala
perubahan yang terjadi di alam dunia ini, selalu barada di bawah kehandak Yang
Maha Kuasa.
Genting
yang terjatuh, akar-akar halus yang baru tumbuh, kelopak bunga yang mulai mekar
pagi ini, kesemuanya selalu dalam kehendak-Nya. senantiasa diketahui
detil-detilnya oleh Alloh Yang Maha Mengetahui segalanya
***
-Abu Umar
Basyier, dalam karya " Kemuning Senja di Beranda Mekah"-
[1]nasihat
Ibnul Qayim dalam Al-Fawaa’id diambil dari buku karya Fadlan Al-Ikhwani dengan
judul “Aku Pingin Nikah”
Komentar