oleh: adnan, ayyasy, haidar
kau dan aku hanyalah bagai bagian dari sorotan lampu..
kau dan aku hanyalah bagai bagian dari sorotan lampu..
atau kita hanyalah bagai sebuah tetes air dalam gebyuran
hujan...
ataukah hanya sebuah butiran pasir di hamparan pantai?
ataukah sebuah endapan lumpur di pekarangan sawah?
mungkinkah... mungkinkah kini meski tak lagi saat yg
tepat....
mungkinkah endapan lumpur ber metamorfosa menjadi
mutiara....
meski mungkin butuh waktu. butuh lelah dan darah...
waktu terus bergulir
sedang kita hanya berdiam, melihat generasi demi generasi
bergilir
korban kekerasan zaman terus mengalir
sedang kita berdiam bak pasir di pesisir
berdiri tegak dengan muka
masam......................................
engkau dan aku, masihkah bermuram durja?
sedang lumpur tak sedikitpun luput, dengan hanya
keluhan....
ketika setiap kata canda bahkan ibarat sayatan di relung
hati
ku pilih gaya bahasa" sunyi, senyap, sepi, dan
hening".
ah, tapi.. tapi tak selamanya hening adalah kebenaran.
aku takut. takut bila diamku membuat iman surut.
namun, namun alangkah sulit sekedar berbicara.
semoga ucapan kita seperti umpama yang Allah nyatakan
"Akarnya menancap kuat ke tanah, cabangnya menjulang
ke angkasa.
Buahnya menyegarkan manusia pada setiap masa"
ku teruska perjalanan ini, di jalanan yang tidak bertabur
bunga
akan tapi, jalanan yang bertabur dengan duri dan serpihan
kaca
ketika perih dikaki menjalar hingga ke hati..
sambil sesekali menatap langit
"kuatkan punggungku, tanpa mengurangi beban yang
kupikul,
ya Alloh. hanya
kepadaMu kami meminta dan memohon pertolongan"
kau dan aku (apakah) seorang Rajawali (?)
Kau dan Aku, apakah (masih) seorang Rajawali (?)
lalu, kau dan aku, Apakah (Pernah) seorang Rajawali (?)
Sebelum itu, (Apakah) seorang Rajawali (itu)?
(kau dan aku) .......................
(..................) Kau dan Aku
ku tersenyum membayangkan seekor ikan yang memanjat
pohon...
seekor kucing yag terbang tinggi
dan seekor rajawali yang menyelam
kau dan aku....perlukah kita menjawabnya?
apakah kau dan aku masih seorang Rajawali?
Entah kau dan aku adalah Rajawali, terbang tinggi di
langit dunia,
Ataukah ikan, menyelam jauh di dasar kegelapan, di
jurang-jurang lautan,
Asal tetap Allahlah yang jadi tujuan,
ku teruskan perjalanan meletihkan ini
di suatu titik ku tehenti, berdiri mematung,
kedua kaki merinding ngeri , dan pandangan mulai kabur.
ku berdiri ditepi jurang terjal berbahaya,
di sebrang sana horison air yang luas.
di ujung sana terlihat gunung-gunung menjulang tinggi...
aku dan kau, mungkin saja hanyalah si bocah pesakitan.
pembawa beban tak
masuk akal,
di perjalanan yang tak bertabur bunga....
Yah.. Apakah ini memang antara kau dan aku?
Tanyaku hanyalah cerminan rinduku pada sang Rajawali
rindu yang tajam menyeruak,
walau pada hakikatnya setiap hari bersama..
bukan ruang yang kini menggelisahkan.
namun para pemeran teater kehidupan
aku dan kau...benarkah punya rasa yang sama?
kegelisahan.......
ataukah aku dan kau, hanya bagaikan dua merpati yang
berpapasan?
di langit biru tanpa mendung?
sekedar berpapasankah?
atau mungkin layaknya bocah,
ingin berjasa namun terlalu malu untuk mengatakannya.
entahlah, akhirnya dengan langkah gontai,
ku berjalan
menuruni jurang.
harap-harap bisa keluar ke tanah sebrang...
di dalam sana, begitu gelap gulita....
aku dan kau, apakah punya rasa yang sama?
apakah kau juga sedang mengutuk kegelapan?
Ya, ya, ya. Akupun mengutukinya.
kadang disertai ketakutan bahwa:
"Jangan-jangan akupun
bagian dari kegelapan itu"
Jangan-jangan, aku hanya terpaku menatap kegelapan
yang lebih pekat
dari kegelapanku
Jangan-jangan, aku tengah menjauh dari cahaya.
ya, ku sadari,
kau dan aku, apakah memiliki perasaan yang sama?
bahwa kegelapan adalah karena tidak adanya cahaya,
bukan gelap yang menutupi cahaya,
namun cahayalah yang telah meninggalkannya.
Namun, seperti kata semua pendahulu kita:
"Alangkah
bijaksananya kita,
jika tiap tenaga yang kita curahkan tuk mengutukinya,
jadikan berguna
dengan menyalakan lilin bercahaya.
Mungkin takkan mampu menggantikan sang surya.
namun kiranya, jika semua, setiap manusia berusaha...
kita takkan lagi
merasa gundah,
atas gelap dengan
suramnya."
Bukan saatnya mengutuk gelap.
Apalagi berpura-pura bahwa kini purnama
bukan waktunya bangga atas masa yang telah sirna.
bukan kesempatan untuk lari dari jalan ini
bukan keputusasaan yang kan hadir di hati ini.
kau dan aku, masihkah engkau ragu?
lihatlah kedepan, tak lama lagi kita menggapai sebrang.
masihkah adakah keraguan?
Bahwa kau dan aku, walau hanyalah sibocah pesakitan,
Bahwa kau dan aku, walau hanyalah sibocah pesakitan,
gelapnya jurang hampir kita lalui,
walau bermandikan keringat,
walau goresan luka menghias tubuh ini,
Lagi-lagi kawan, ini nasihat para pembuat jejak di
masanya:
“Bergeraklah, karena diam berarti mati!
bergeraklah meski sekedar menunjuk ke arah yang benar. Bergeraklah karena sungguh
kau tidak sendiri saja. bergeraklah karena bukan hasil untuk bangga, namun
usaha yang nyata, yang diminta oleh-Nya"
kau dan aku, masihkah kita berhak bertanya?
Komentar