Mimpi.

Bukan, itu bukan jawaban dari sebuah pertanyaan bisa gak saya menikahi Nikita Willy. Ini bukan jawaban dari pertanyaan hal apa yang mengawang ketika kita tidur. Bukan. Mimpi saya letakkan sebagai awalan,menjadi sebuah pernyataan dari sebuah pertanyaan dari kehidupan kita yang nyata namun penuh tanda tanya. Ya, saya juga gak paham ini artinya apa. Kalimat ini Cuma awalan buat menuh menuhin materi, biar orang yang nyuruh saya nulis ini puas. Maaf pak.

Oke oke kita serius.

Mimpi. Kalian masih inget apa mimpi atau cita-cita masa kecil kalian yang paling murni dan yang paling benar-benar ingin kalian capai? Mimpi yang tidak terbatas dengan pahitnya realitas dunia, tanpa batas. Mimpi yang bukan sekedar formalitas sebagai jawaban pertanyaan guru-guru TK dan SD di kelas. Kebanyakan sih saya taunya kalo anak kecil itu yang suka liat pesawat lewat pengennya jadi pilot, suka main mobil-mobilan pengen jadi pembalap atau bos mobil, jadipower ranger, wim cycle (iya cita-citanya jadi sepeda yang taglinenya ada kambing ngomong heboh), dll.

Ya, masih jelas di memori saya tentang mimpi masa kecil. Dulu waktu SD kelas 2 atau 3 saya pengen seneng banget pinjem komik di persewaan buku tentang  biografi orang-orang yang menjadi penemu berbagai barang kayak nemu lampu, pesawat, telepon. Maksudnya nemu itu mereka menciptakan barang tersebut pertama kali, bukan barangnya diumpetin terus mereka nemuin gitu. Dan akhirnya cita-cita masa kecil saya adalah pengen banget jadi ilmuan dan suatu saat bisa menemukan suatu barang baru sama seperti apa yang saya baca di buku, dan barang yang saya pengen ciptakan adalah telepon yang bisa melihat wajah orang yang kita telepon secara langsung yang sekarang ternyata sudah ditemukan yaitu video call. Ini beneran. Dulu sebelum video call ditemukan saya berpikir ide saya sangat mungkin dibuat, meskipun saya gak tau caranya gimana. Tapi beberapa orang dewasa yang saya beritau tentang apa yang ingin saya buat mereka Cuma bisa tersenyum, basa basi buat nyenengin anak kecil. Tapi ternyata di masa depan ide itu benar-benar terwujud meskipun bukan dari tangan saya. Sedih ya

So.. pointnya adalah bukan kita harus kembali ngikutin apa mimpi kita di masa kecil saat kita sudah dewasa. Kalo kayak gitu beberapa orang sekarang udah pada berbentuk sepeda berlogo kambing (iya wim cycle yang tadi). Bebas deh mau jadi apa aja dan bermimpi apa aja.Yang jadi pelajaran keren adalah meskipun kita sudah dewasa tapi tetaplah bermimpi dengan prinsip seperti saat kita kecil. Bermimpi dari apa yang kita suka, yang kita gemari. Coba tanya diri kalian, apa hal yang benar-benar kalian suka dan bahagia saat melakukannya? Musik, lukis, matematika, teknik? Tanya dengan benar. Karena dengan begitu mimpi kita menjadi terasa tulus. Dengan bermimpi dari apa yang kita suka, masa depan menjadi terasa asik untuk dibayangkan dan diwujudkan. Orientasinya pun bukan sekedar tentang uang, tapi tentang KEBAHAGIAAN karena dengan rasa bahagia saat bekerja apapun itu ya hasilnya maksimal  dan uang bakalan datang. Mahal banget tuh. Dan satu hal lagi, percaya sama mimpi kalian. Jangan sampe realitas dan pertanyaan-pertanyaan dari dalam pikiran seperti ‘bisa gak ya?’ muncul dan menghalangi kalian. Jangan sampai apa yang ingin kalian lakukan karena suatu ketakutan akhirnya batal diwujudkan dan di masa depan kalian menangis karena yang ingin kalian lakukan sudah dilakukan oleh orang lain.

Saya juga masih berjuang dengan mimpi saya disini. Yang pasti ya itu tadi saya percaya dengan mimpi saya. Kalo gagal, ya coba lagi. Anggap aja jatah gagal kalian berkurang. Kalo memang bukan itu jalannya berarti ada jalan lain yang Tuhan kasih yang jauh lebih baik. Jadi, udah tau apa mimpi kalian? 

(bukan pemilik blog yang nulis)


AHA, inisial... 

Komentar