21st Century Teens

Hari itu adalah hari pertama liburan akhir bagi anak-anak SMA setelah pengumuman SNMPTN. Dua bulan lamanya menunggu cerita baru sebagai seorang yang katanya sudah menjadi bagian dari masyarakat.
Di pagi yang cerah, kicau-kicau burung memecah sepinya pagi, sinar matahari menembus sela-sela dedaunan. Udara pagi yang sejuk memberikan sensasi yang begitu menyegarkan. Bunga-buga matahari mulai bermekaran menghias taman-taman kota. Dedaunan mengering yang kemudian terinjak memberikan nada yang sering dirindu. Rumput-rumput tinggi yang homogen bergoyang berirama beriringan angin yang menghempas tubuh. Dinginnya.

Pagi itu tak seperti biasanya. Arai, si remaja ‘koplak’ itu berjalan dengan tengan memandang kearah depan. Kedua tangannya berada disaku. Pandangannya tajam ke depan. Rozi yang berada disampingnya menjadi bingung dengan tingkah polahnya hari ini, seakan sikapnya pagi ini adalah harapannya dibeberapa waktu lalu. Pasalnya Arai sering usil dan mengganggunya.

“Ada apa dengan dirimu Rai?”

“Aku sedang menjadi orang ‘Cool’ (keren)”

___ alah paling hanya bertahan sebentar saja___ katanya dalam hati. “Tetapi Naf, Engkau hanya tampak seperti orang yang sedang bosan”.

“Dunia ini akan menjadi membosankan ketika dirimu menjadi orang ‘Cool’, coba saja”

“Ah teresarahlah, paling-paling hanya bertahan 49 menit”

“hmmmmmm”

Gemercik air mulai terdengar, pertanda tempat rahasia mereka sudah semakin dekat. Walau sebenarnya tidak rahasia, hanya saja tempat rahasia itu adalah rumah pohon milik Mbah Hinan yang berada di pekarangannya. Rumah pohon yang sudah lama Mbah Hinan tak menggunakannya, badannya sudah tidak kuat memanjat ke atas setinggi 2, 75 meter. Hanya mungkin duduk-dudk di bawah sambil menikmati pemandangan indah di pekarangannya bersama sang istri dengan menikmati teh anget. Entah bagaimana ceritanya Arai bisa bersahabat dengan Mbah Hinan yang sudah tua dan sedikit menutup diri. Dari keempat temannya, Rozi, Faysh, Aira, dan Alfi, tak ada ang tahu kronologi kejadiannya. Walau begitu, tempat rahasia itu yang mereka beri nama Markas Pendekar. Konyolnya.

“Assalamu’alaykum, Pendekar kelima datang”, suara aira memekakan sepinya ruangan yang berisi keempat temannya.

“wa’alaykumsalam, silahkan masuk”.

Matahahari pagi mulai meninggi, suara kumbang penanda musim kemarau berbunyi indah, Maha Besar Alloh yang menciptakan segala sesuatu tanpa cacat. Kelima remaja tadi sedang bermalas-malasan di rumah pohon, Arai sedang tidur mungkin karena bosan, Aira dan Alfi bermain catur, Rozi sedang membaca buku seperti biasanya, dan Faysh memandang keluar menikmati segarnya udara.

“Wahai Pera pendekar”, begitulah biasanya Rozi bila ingin berbagi cerita tentang buku-buku yang dibacanya. Serentak semua bangkit dan menuju kea rah Rozi, tak terkecuali Arai dengan wajah sumringah juga bangkit.

__akhirnya bosan juga jadi anak keren?__

“Ada sebuah cerita menarik kawan-kawan, begini,

***
Aku adalah orang yang biasa-biasa saja sewaktu kecil, cuman yang membedakan adalah cita-citaku yang sangat besar, yaitu ingin MENGUBAH DUNIA yang sangat rusak parah, di segi lingkungan dan moral. Apa daya, umurku kala itu baru 12 tahun, aku tak berdaya, tak punya kekuatan, dan mungkin ketika ku ceritakan kepada orang-orang ini suatu hal gila. Namun aku tak peduli dan ingin tetap menjalankan misiku ini.

Tahun demi tahun kulewati sambil belajar bagaimana cara mengubah dunia ini. 10 tahun sudah berlalu, aku merasa sudah cukup matang dan berilmu, kini aku memulai mengubah dunia diumur 22 tahun ini. Aku berkata tentang banyak hal kepada orang-orang dan kelompok-kelompok di setiap negara bahwa yang mereka lakukan itu salah. Tetapi mereka menanggapi dengan cemoohan. Ku ber alih negara demi negara. Namun hasilnya nihil.

Aku sadar setelah umur 35 bahwa sangat sulit mengubah dunia yang begitu luas ini. Kini kuberalih misi, ingin kurubah negaraku saja. Setelah 10 tahun kuberusaha tetap juga hasilnya nihil. Kuperkecil lagi, ingin ku ubah kotaku ini di umur 45 tahun. 9 tahun berlalu pula, aku menyerah ternyata sangat sulit mengubah kotaku yang banyak orang ini. 54 tahun umurku saat ini, aku sudah mulai merasa tua. Mungkin disisa waktuku aku bisa mengubah keluargaku ini, 6 tahun tak berhasil pula.

60 tahun umurku, aku sudah tak punya kekuatan sama sekali, aku sempat terpikir. Selama ini aku hanya bisa bicara saja, aku belum bisa mengubah semua ini karena aku belum bisa mengubah diriku sendiri.

Kenapa dulu aku tak mengubah diriku sendiri sejak kecil sejak umur masih muda 12 tahun? Mungkin saja sesudah kuberubah keluargaku dapat berubah. Mungkin pula setelah keluargaku berubah, semua keluarga di kotaku juga ikut berubah. Dan negaraku, mungkin saja berubah ketika kotaku berubah menjadi lebih baik dan menginspirasikan mereka. Mungkin pula, dunia yang luas ini dapat berubah, setelah negaraku berubah. Ah, umurku sudah mendekati ajal, kini ku hanya dapat memandangi dunia yang sama seperti dulu. [1]”

Arai, terperangah mendengar cerita itu. Sorot matanya menggambarkan sesuatu.
“Tidak, jangan lagi!”, Faysh, Alfi, Aira, dan Rozi serempak berkata tidak?. Apa gerangan yang terjadi? Apa yang akan dilakukan kelima orang itu? Tunggu di serial  berikutnya (kalau saya tidak malas ya).


[1] sumbernya dari buku “Crazy Leadership”, dan bukunya sudah hilang, seingatku dulu pernah dipinjem, dan ada 3 kemungkinan (kode, pilih no 3 ya, hehe). 1, belum dikembalikan dan hilang, 2 belum dikembalikan karena lupa terus, atau 3, sudah dikembalikan dan aku menghilangkannya. -_____-


Nb:jangan dibikin serius, santai saja.

Komentar