Hari itu adalah hari pertama
liburan akhir bagi anak-anak SMA setelah pengumuman SNMPTN. Dua bulan lamanya
menunggu cerita baru sebagai seorang yang katanya sudah menjadi bagian dari
masyarakat.
Di pagi yang cerah, kicau-kicau
burung memecah sepinya pagi, sinar matahari menembus sela-sela dedaunan. Udara pagi
yang sejuk memberikan sensasi yang begitu menyegarkan. Bunga-buga matahari
mulai bermekaran menghias taman-taman kota. Dedaunan mengering yang kemudian
terinjak memberikan nada yang sering dirindu. Rumput-rumput tinggi yang homogen
bergoyang berirama beriringan angin yang menghempas tubuh. Dinginnya.
Pagi itu tak seperti biasanya. Arai,
si remaja ‘koplak’ itu berjalan dengan tengan memandang kearah depan. Kedua
tangannya berada disaku. Pandangannya tajam ke depan. Rozi yang berada
disampingnya menjadi bingung dengan tingkah polahnya hari ini, seakan sikapnya
pagi ini adalah harapannya dibeberapa waktu lalu. Pasalnya Arai sering usil dan
mengganggunya.
“Ada apa dengan dirimu Rai?”
“Aku sedang menjadi orang ‘Cool’
(keren)”
___ alah paling hanya bertahan
sebentar saja___ katanya dalam hati. “Tetapi Naf, Engkau hanya tampak seperti
orang yang sedang bosan”.
“Dunia ini akan menjadi membosankan
ketika dirimu menjadi orang ‘Cool’, coba saja”
“Ah teresarahlah, paling-paling
hanya bertahan 49 menit”
“hmmmmmm”
Gemercik air mulai terdengar,
pertanda tempat rahasia mereka sudah semakin dekat. Walau sebenarnya tidak rahasia,
hanya saja tempat rahasia itu adalah rumah pohon milik Mbah Hinan yang berada
di pekarangannya. Rumah pohon yang sudah lama Mbah Hinan tak menggunakannya,
badannya sudah tidak kuat memanjat ke atas setinggi 2, 75 meter. Hanya mungkin duduk-dudk
di bawah sambil menikmati pemandangan indah di pekarangannya bersama sang istri
dengan menikmati teh anget. Entah bagaimana ceritanya Arai bisa bersahabat
dengan Mbah Hinan yang sudah tua dan sedikit menutup diri. Dari keempat
temannya, Rozi, Faysh, Aira, dan Alfi, tak ada ang tahu kronologi kejadiannya. Walau
begitu, tempat rahasia itu yang mereka beri nama Markas Pendekar. Konyolnya.
“Assalamu’alaykum, Pendekar
kelima datang”, suara aira memekakan sepinya ruangan yang berisi keempat
temannya.
“wa’alaykumsalam, silahkan masuk”.
Matahahari pagi mulai meninggi,
suara kumbang penanda musim kemarau berbunyi indah, Maha Besar Alloh yang
menciptakan segala sesuatu tanpa cacat. Kelima remaja tadi sedang
bermalas-malasan di rumah pohon, Arai sedang tidur mungkin karena bosan, Aira
dan Alfi bermain catur, Rozi sedang membaca buku seperti biasanya, dan Faysh
memandang keluar menikmati segarnya udara.
“Wahai Pera pendekar”, begitulah
biasanya Rozi bila ingin berbagi cerita tentang buku-buku yang dibacanya. Serentak
semua bangkit dan menuju kea rah Rozi, tak terkecuali Arai dengan wajah
sumringah juga bangkit.
__akhirnya bosan juga jadi anak
keren?__
“Ada sebuah cerita menarik
kawan-kawan, begini,
***
Aku adalah orang yang biasa-biasa
saja sewaktu kecil, cuman yang membedakan adalah cita-citaku yang sangat besar,
yaitu ingin MENGUBAH DUNIA yang sangat rusak parah, di segi lingkungan dan
moral. Apa daya, umurku kala itu baru 12 tahun, aku tak berdaya, tak punya
kekuatan, dan mungkin ketika ku ceritakan kepada orang-orang ini suatu hal
gila. Namun aku tak peduli dan ingin tetap menjalankan misiku ini.
Tahun demi tahun kulewati sambil
belajar bagaimana cara mengubah dunia ini. 10 tahun sudah berlalu, aku merasa
sudah cukup matang dan berilmu, kini aku memulai mengubah dunia diumur 22 tahun
ini. Aku berkata tentang banyak hal kepada orang-orang dan kelompok-kelompok di
setiap negara bahwa yang mereka lakukan itu salah. Tetapi mereka menanggapi
dengan cemoohan. Ku ber alih negara demi negara. Namun hasilnya nihil.
Aku sadar setelah umur 35 bahwa
sangat sulit mengubah dunia yang begitu luas ini. Kini kuberalih misi, ingin
kurubah negaraku saja. Setelah 10 tahun kuberusaha tetap juga hasilnya nihil.
Kuperkecil lagi, ingin ku ubah kotaku ini di umur 45 tahun. 9 tahun berlalu
pula, aku menyerah ternyata sangat sulit mengubah kotaku yang banyak orang ini.
54 tahun umurku saat ini, aku sudah mulai merasa tua. Mungkin disisa waktuku
aku bisa mengubah keluargaku ini, 6 tahun tak berhasil pula.
60 tahun umurku, aku sudah tak
punya kekuatan sama sekali, aku sempat terpikir. Selama ini aku hanya bisa
bicara saja, aku belum bisa mengubah semua ini karena aku belum bisa mengubah
diriku sendiri.
Kenapa dulu aku tak mengubah
diriku sendiri sejak kecil sejak umur masih muda 12 tahun? Mungkin saja sesudah
kuberubah keluargaku dapat berubah. Mungkin pula setelah keluargaku berubah,
semua keluarga di kotaku juga ikut berubah. Dan negaraku, mungkin saja berubah
ketika kotaku berubah menjadi lebih baik dan menginspirasikan mereka. Mungkin
pula, dunia yang luas ini dapat berubah, setelah negaraku berubah. Ah, umurku
sudah mendekati ajal, kini ku hanya dapat memandangi dunia yang sama seperti
dulu. [1]”
Arai, terperangah mendengar
cerita itu. Sorot matanya menggambarkan sesuatu.
“Tidak, jangan lagi!”, Faysh,
Alfi, Aira, dan Rozi serempak berkata tidak?. Apa gerangan yang terjadi? Apa yang
akan dilakukan kelima orang itu? Tunggu di serial berikutnya (kalau saya tidak malas ya).
[1] sumbernya dari buku “Crazy
Leadership”, dan bukunya sudah hilang, seingatku dulu pernah dipinjem, dan ada 3
kemungkinan (kode, pilih no 3 ya, hehe). 1, belum dikembalikan dan hilang, 2 belum
dikembalikan karena lupa terus, atau 3, sudah dikembalikan dan aku
menghilangkannya. -_____-
Nb:jangan dibikin serius, santai
saja.
Komentar