***
Karena jodoh itu misteri, maka
tak perlu takut menghadapinya. Ia tak akan menjauh bila dihindari, dan tak akan
mendekat bila dicari. Namun seusia dini mungkin, kita harus sudah terbiasa
meretas jalan-jalan mulus menuju pernikahan.
Artinya, di awal masa baligh,
mulailah berpikir bahwa saya (sebagai laki-laki), segera akan menjadi seorang
ayah, seorang kepala rumah tangga, seperti bapak saya. Apa yang bisa saya
lakukan untuk menyiapkan diri kita?
Dan saya (bila seorang
perempuan), akan segera menjadi ibu rumah tangga, seorang istri, dan seorang
ibu dari anak-anak saya, seperti halnya ibu saya. Apa yang bisa saya persiapan
untuk menghadapinya?
Apa itu berarti mengabaikan
belajar dan pendidikan? Salah sama sekali. Itu seperti anak-anak muda yang bercita-cita
menjadi presiden, bukan berarti ia duduk termenung memikirnya lalu lupa bahwa
kewajibannya saat ini adalah belajar, belajar, dan belajar.
Silahkan belajar, tuntutlah ilmu
setinggi langit. Tapi, gantungkan cita-cita di hati untuk menjadi calon suami
dan calon istri yang terbaik bagi pasangan kelak. Bangun rasa percaya diri dan
siapkan segala sesuatu semenjak sekarang. Menikah, menjadi tak ubahnya waktu
berperang yang jauh-jauh hari sudah harus dipikirkan dan direncanakan
sematang-matangnya. Saat waktu berperang itu tiba, segala sesuatunya sudah siap
seutuh-utuhnya. Maka kapan pun waktu menikah itu tiba, kamu harus sudah siap
menghadapinya, selama nikah itu sesuai aturan Alloh dan Rosul-Nya. Di usia
berapapun. Tentu!
Ustadz Abu Umar Basyier, diambil
dari majalah elfata edisi ke-6, volume 10 2010
Komentar