Bismillah
Hmmm, aku selalu bingung ketika
mulai menulis kisah dimulai dari mana.
Pada suatu hari tersebutlah seorang pemuda
bernama, “ah basi”. Dikisahkan pemuda bernama, ”apa tidak ada yang lebih baik
dari itu?” . Di suatu tempat yang terkenal dengan sebutan “ ah, ini lagi”. Yah beruntung,
kali ini sudah dapat ide yang brilian. Begini.
Hmmm, aku selalu bingung ketika
mulai menulis kisah dimulai dari mana. Maka kuputuskan bahwa kisah ini berjudul
“Pelamun dengan Kotak-Kotaknya”.
Siang itu bocah pendek, gendut
bermain dengan teman-temannya di pekarangan desa yang asri nan tidak jauh dari
bumi yang saya injak ketika menulis sepenggal kisah ini. Teman-teman sebayanya
lincah, gesit, tidak sepertinya yang juara jika bermain kejar-kejaran sebagai
pengejar yang paling lama berjaga (boso ndesone jogo, “mengko nek kowe iso
ndemok kae, berarti kae genten le jogo”). Dan bisa dipastikan ia selalu dipilih
terakhir dalam pembentukan dua tim dalam berbagai permainan yang diharuskan
membentuk dua tim. Bahkan, sedihnya ia tak jarang mendapat diskriminasi tak
diperbolehkan bermain, “kamu hanya beban tim, gak ada gunanya, kamu lihat saja ya”, “wes
kowe brambang kopong wae yo”. Silahkan kalau pembaca ingin menangis. Bayangkan, ia mirip
dengan kartun serial Sabutaro, eh maksudnya naruto. Bayangkan pula bila ia
menjadi pembunuh bayaran, dan teman-temanya semasa kecil dibunuhnya sebagai “training”
menjadi pembunuh bayaran. Ironinya, ia belum cukup umur untuk sekolah, tak ada
kawan lain, dan ibunya menyuruhnya belajar sebelum ia bermain, sebelum bermain
menjadi “brambang kopong”. Terkekang.
Untungnya, disampingnya hadirlah
kedua orang tuanya yang penuh dengan kasih sayang, walau ibunya keras ketika
menyuruhnya belajar, tetapi setelah jam belajar selesai, beliau menjadi sangat
menyenangkan. Orang tuanya adalah sahabat paling sejati. Bila ia tidak dianggap
sebagai sahabat bermain, maka orang tuanyalah yang menganggapnya ada, menganggapnya
sahabat, bukan “brambang kopong”.
Kala itu, di toko-toko
barang-barang mahal dijual kotak-kotak ajaib. Kotak-kotak yang hampir setiap
anak dimasanya memimpikannya untuk mimilikinya. Dan bocah tersebut beruntung sekali karena dibelikan oleh kedua
orang tuanya. Juga akhirnya, ia di sekolahkan di sekolah mahal dari pada
sekolah-sekolah biasanya. Sekolah yang jam belajarnya bukan main, dari jam 7.00
pagi hingga 15.30, dan hampir tak ada kesempatan lagi bermain dengan teman
sebayanya di desa dahulu.
Ku peringatkan pada pembaca,
bahwa ini bukan kartun seri berjudul sabutaro.
Di sekolah kini ia termasuk orang
paling dipertimbangkan pendapatnya, orang yang paling berpengaruh di kelasnya. Kenapa?
Pertama ia punya kotak ajaib, kedua ia menjadi sedikit lebih pintar karena
sudah dipaksa belajar oleh ibunya, ketiga ia belajar menjadi orang humoris,
keempat ia berbadan gendut dan menyeramkan bila mengajak duek dengannya. Kekurangannya
sebagai “brambang kopong” tertutupi, tentu ia masih terakhir-terakhir di pilih,
bukan sebagai “brambang kopong” tetapi sebagai penggembira.
Tamat.
Haha, bercanda. Sebenarnya kisah
sebenarnya sedang dimulai.
Siapakah dia? Siapakah si pendek
gendut it? Perkenalkanlah, Adnan Rifai dengan nama panggilan Adnan. Ya, itulah
aku. Hahaha. Perkenankanlah saya menceritakan kembali fragmen-fragmen kehidupan
masa lalu sebagai mana ia yang telah membuat aku menjadi seperti hari ini. Aku berharap
tulisan ini akan menjadi sumber
penulisan biografi “Si Pelamun dengan Kotak-Kotaknya” suatu hari nanti.
Kotak-kotak ajaib itu adalah
bungkus dari peralatan “video game”; Nintendo, ps1, ps2, handphone, juga
computer. Fasilitas itu selalu aku dapatkan dengan merengek kepada kedua orang
tua ku dengan janji-janji palsu bahwa aku akan lebih rajin belajar setelah
dibelikan. “Pak, ini, ps1 ini ada game buat belajar, “Who wants to be millionaire?”,
bisa melatih kecerdasan. Juga game-game ini, berbahasa inggris, memudahkan
belajar bahasa inggris lho”, “Pak Buk, aku sudah butuh computer, untuk belajar”,
“pokoknya nanti main gamenya sabtu-ahad saja, lainnya belajar (kebohongan yang
terkuak)”.
Hidup, berteman, bersahabat
dengan kotak-kotak ajaib itu sungguh memiliki cita rasa campur aduk. Bangga,
senang, penyesalan habisnya waktu-waktu, sedih. Senang karena kotak-kotak ajaib
itu penuh tantangan, teka-teki, kejutan-kejutan dan bangga ketika menjadi
pemenang, sang master, orang-orang merujuk kepadaku. Penyesalanku adalah
menguapnya waktu dalam buaian kotak-kotak ajaib yang mana masih banyak cara
memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sedihnya barang-barang itu telah
mempengaruhi sedikit banyak hidupku, hingga hari ini. Tertancap dalam-dalam di area
berpikir.
“Harvest Moon” permainan yang selalu
aku renungi dalam-dalam. Game yang sudah ku ketahui seluk beluk permainannya.
Menambang tiap hari selama belum ada
penghasilan yang lebih besar sampai larut malam, mandi di hotspring sebelum
tidur, tak lupa mengambil benda-benda dari alam dan menjualnya. Setelah terkumpul
1500 gold,beli ayam dan di ternak. Bersihkan kebun, tanam buah-buahan
sebanyak-banyaknya. Kasih bunga untuk calon kekasih tiap hari. Upgrade alat-alat
bertahap. Beli tas ransel. Tabung uang di 10 hari terakhir di musim semi. Musim
panas tanam nanas sebanyak mungkin. Musim gugur tanam kentang manis
seluas-luasnya. Setelah itu tak ada
masalah dalam keuangan. Bawa keranjang tiap ada festival kuda. Upgrade rumah. Akhir musm gugur sudah bisa menikah dengan si
do’i. GAME DITAKLUKKAN tanpa cheat. Ada cara curang menggandakan hewan ternak
dengan 3 memory card.
Tentu masih banyak judul-judul
video game yang menjadikan aku sering “LICIK” dalam menyelesaikan masalah. Tetapi
tenang, perilaku licik jarang yang merugikan orang lain. Ingat ya, jarang bukan
sering atau malah selalu. Kotak-kotak ajaib tu menyebabkan aku menjadi pelamun
di kala sendiri. Melamun dengan selalu memikirkan banyak hal. Game yang sedang
ditargetkan ditaklukkan, pelajar-pelajaran yang menantang untuk ditaklukkan,
atau impian-impian masa depan. Hidupku akhirnya penuh dengan
kemalasan-kemalasan.
Pepatah mengatakan, “orang
malas itu akan menemukan jalan yang paling mudah dan cepat dalam menyelesaikan
sesuatu”. Yap, mungkin itu terjadi dalam karir akademikku. “Sik penting
mlebu SMP Negeri, sik penting mlebu SMA 2 walau akhirnya Alhamdulillah masuk
SMA 1 atas izin Alloh, dan sik penting mlebu UGM Jurusan Teknik Arsitektur dan
Perencanaan, Prodi Arsitektur, Alhamdulillah dapat jalur undangan, tanpa
berjuang belajar mati-matian di jalur tes, malas sekali. “orang malas itu akan menemukan jalan yang paling mudah
dan cepat dalam menyelesaikan sesuatu”. Ya, itulah karir akademikku. Tak
ada piala-piala yang mengiasi sudut-sudut rumah, tak ada perjalanan ke luar
negeri dan mendapatkan penghargaan internasional bahkan luar kota sekalipun,
belum ada wanita yang menjadi pacarku, lho. Yang ada sukses menikahkan karakter
harvestmoon dengan Elie, Karen, dan Popuri. Sukses menancapkan pendang ke 50
dalam stronghold crusader. Sukses mengumpulkan 100% kartu yu-gi-oh versi gba.
Ya begitulah fragmen-fragmen kehidupan
seorang Pelamun (Pemalasan dengan kata lain) dengan Kotak-Kotaknya. Sebenarnya,
sejujurnya, aku juga kesulitan bagaimana mengakhiri tulisan ini, hehe. Kalau kalian
mau tahu, dengan tulisan ini aku ingin memberitahu, aku akan menerapkan apa
yang aku lakukan dalam game-game, strategi-strategi licik, dan menemukan jalan
paling mudah dan cepat tanpa merugikan orang lain dalam kehidupan nyata. Huahahahaha.
Inilah saatnya aku ingin menjadi manusia sebenarnya, mahasiswa sebenarnya. Sekian,
ending yang ngambang, tidak apalah, dari pada kejauhan.
Epilogue
Bantulah aku
Ingatkanlah selalu padaku
Bahwa tidak ada kata istirahat di dunia
Ia hanya ada di Kampung halaman
Tuntunlah diriku sendiri, dirimu sendiri,
Diriku dan dirimu, diriku dirinya, dan
dirimu dirinya
Ke jalan yang LURUS
Ke jalan yang LURUS
Dan mari katakan, kita di sini ada
Komentar