Jadi Pengusaha Yuk! Lha Kenapa?

Suatu hari saya pernah mendengar suatu pembicaraan.

“Wah aku ndak mau kuliah di bidang ini”

“Lha kenapa emangnya? Ndak suka?”

“Nggak juga sih, tetapi biayanya mahal dan dak njamin gampang cari kerja”

Dari analisis saya, ternyata jaman sekarang banyak orang-orang kuliah itu bertujuan ya hanya mencari pekerjaan disuatu perusahaan atau yang lainnya, bisa dibilang sebagai pegawai, pekarja, pesuruh, pembantu, babu, dan lain-lannya (maaf ye agak kasar). Padahalkan kuliah itu tujuan untuk mencari ilmu kan? Nah dari ilmu tersebut kita peroleh kemudian kita menjualnya kembali (istilah kasarannya) untuk mencari penghasilan. Entah itu menciptakan suatu produk dan menjualnya. Nih dengar prinsip ane, “ Kuliah kuwi tujuane golek ilmu, perkoro gawean, aku ameh nggawe dhewe ( kuliah itu mencari ilmu, soal pekerjaan, akan kuciptakan sendiri menjadi pengusaha)”. Kerenkan? “Wahai penulis yang sedikit ngawur, kok bisa berpendapat seperti itu?”.Baik karena anda memaksa, saya paparkan keunggulan menjadi seorang pengusaha.

Pertama, pengusaha tidak muter-muter kesana kemari mencari pekerjaan, yak kalu dapat, kalo nggak? Alih-alih mencari lowongan, pengusaha malah membuka lowongan pekerjaan. Ngak cuman satu orang, bisa 10, 100, 1.000, 10.000, 100.000, 1.000.000, 10.000.000, 100.000.000, 1.000.000.000.000, 10.000.000.000., 100.000.000.000 orang, buanyak banget to? “ Wahai penulis yang agak edan, mau tanya, lha penduduk di bumi sekarang nggak sebanyak itu kale”. Yee, kan orang sebanyak itu nggak harus dalam satu waktu to? Bisa dari generasi ke generasi, lain kali mbok pertanyaannya yang berbobot.

Kedua, pendapatan seorang pengusaha tidak ada batas, semakin gigih, semakin cerdas, semakin lihai, semakin hebat bekerja berdampak pula pada pendapatan, yo ra? Pokoknya, unlimited dah. Kalau pegawai sekeras apapun paling cuman dapat tambahan lembur.

Ketiga, adanya keleluasan waktu. Bisa berlibur kapan saja, bermain bersama anak, bercengkerama dengan keluarga, termasuk pula keleluasan dalam hal beribadah, sholat Dhuha, umrah, haji, dan sebagainya. Enak to?

Keempat, dapat mempunyai banyak link, sehingga dapat menikmati indahnya bersilaturahmi. Bener to? Semakin banyak relasi atau link sehingga harus banyak-banyak menjaga tali silaturahmi.

Kelima, dapat merasakan indahnya shadaqah. Lho kok bisa? Kalau gaji tetap, kita bisa memprediksi, kebutuhan dapur segini, kebutuhan, listrik, telepon, sekolah dan sebagainya segini, ditabung segini, sisanya shadaqah. Kalau pengusaha? Ya kalau dagangannya atau usahanya melejit, bershadaqah untuk bersyukur aga nikmatnya ditambah oleh Alloh Maha Kaya. Kalau lagi kritis, ya tetap shadaqah-lah, agar dapat menjemput rezeki yang masih belum cair. Itulah indahnya, kita dapat menikmati shadaqah saat lapang dan saat sempit.

Yang lainnya masih banyak lagi, cari sendiri ya! Makanya ubahlah pemikiran dari ingin menjadi pegawai menjadi pengusaha sukses. Amin. Sebelum saya akhiri bagi-bagi ilmu ini, perkenankanlah saya menceritakan dongen sebelum tidur.

Konon pada suatu saat nanti berdirilah seorang dosen, dokter dan ulama di depan pintu surga. Dulu ketika di dunia, dosen sudah banyak mendidik mahasiswa, dokter telah banyak menyembuhkan banyak orang sakit, dan ulama sudah banyak membimbing banyak orang ke jalan lurus. Hasilnya mereka berebut masuk duluan karena merasa yang paling berjasa.

Kemudian datanglah pengusaha (bernama Adnan Rifai, Amin). Apa kata mereka? Si dosen langsung menyambut, “Beliaulah yang membangun kampus kami”. Si dokter berseru, “Beliau juga sangat membantu klinik kami”. Dan ulama melengkapi, “ Beliau juga telah menjadi donatur tetap untuk tempat ibadah kami”. Dan akhirnya pengusaha itupun dipersilahkan masuk terlebih dahulu. Tamat.

Matur nuwu.

Komentar

Ikhsan Permadi mengatakan…
kalo semua jadi pengusaha yang jadi karyawan siapa ya..(just kidding) :D

eh template blogmu mengingatkan akan templateku yang lama...haha...
gendonracun mengatakan…
impor dong...haha