Maafkan Anakmu Ini

Sebelumnya ijinkan saya menyuruh pembaca sekalian menyediakan tisu, karena beberapa menit kemudian saya akan mengajak beberapa pengorbanan orang tua kita yang sangat besar dan mungkin kita tak sanggup membalasnya, atau membalsa dengan perbuatan-perbuatan yang menyakiti hati mereka. Tapi anda tahu? Mereka tetap selalu bangga dengan kita dan tetap mengakui kita adalah sebagai anak mereka. Tadi malam, saya membaca sebuah buku yang dipinjamkan Ibu saya dari Budhe. Sebelum tidur pun saya masih teringat dan teteslah air mata ini. Berikut cuplikan isi buku tersebut:

KEBAIKAN ORANG TUA VS. BALASAN KITA

Sekarang bayangkan ini:

Saat kita berusia 1 tahun, orang tua mendidik dan merawat kita. Sebagai balasannya, kita malah menangis di tengah malam.

Saat kita berusia 2 tahun, orang tua kita mengajari kita berjalan. Sebagai balasan, kita malah kabur ketika orang tua memanggil kita.

Saat kita berusia 3 tahun, orang tua kita memasakkan makanan kesukaan kita. Sebagai balsan, kita malah menumpahkannya.

Saat kita berusia 4 tahun, orang tua kita membelikan pensil berwarna. Sebagai balasan, kita malah mencoret-coret dinding tersebut dengan pensil tersebut.

Saat kita berusia 5 tahun, orang tua kita memberi kita baju yang bagus-bagus. Sebagai balasan, kita malah mengotorinya dengan bermain-main dilumpur.

Saat kita berusia 10 tahun, orang tua kita membayar mahal uang sekolah dan uang les kita. Sebagai balasan, kita malah malas-malas bahkan bolos.

Saat kita berusia 11 tahun, orang tua kita mengantarkan kita kemana-mana. Sebagai balasan, kita tidak mengucap salam ketika keluar rumah.

Saat kita berusia 12 tahun, orang tua kita mengizinkan kita menonton di bioskop dan acara lain diluar rumah. Sebagai balasan, kita malah meminta orang tua duduk di barisan lain, terpisah dari kita dan teman-teman kita.

Saat kita berusia 13 tahun, orang tua membayar biaya kemah, dan biaya liburan kita. Sebagi balasan, kita malah tidak memberinya kabar ketika kita berada diluar rumah.

Saat kita berusia 14 tahun, orang tua pulang kerja dan ingin memeluk kita. Sebagai balasan kita menolak dan mengeluh, “Papa, Mama, aku sudah BESAR!”.

Saat kita berusia 17 tahun, orang tua sedang menunggu telepon yang penting, sementara kita malah asyik menelpon teman-teman kita yang sama sekali tidak penting.

Saat kita berusia 18 tahun, orang tua menangis terharu ketika kita lulus SMA. Sebagai balasan, kita malah berpesta semalaman dan baru pulang keesokan harinya.

Saat kita berusia 19 tahun, orang tua membayar biaya kuliah kita dan mengantar kita ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasan, kita malah meminta mereka berhenti jauh-jauh dari gerbang kampus dan menghardik, “Papa, Mama, aku malu! Aku ‘kan udah gedhe!”

Saat kita berusia 22 tahun orang tua kita memeluk kita dengan haru ketika diwisuda. Sebagai balasan, kita malah bertanya kepadanya, “Papa,Mama, mana hadiahnya? Katanya mau membelikan ini dan itu?”

Saat kita berusia 23 tahun, membantu membiayai pernikahan kita. Sebagai balasan kita malah pindah keluar kota, meninggalkan mereka, dan hanya menghubungi mereka hanya dua kali setahun.

Saat kita berusia 29 tahun, orang tua membelikan kita sebuah barang yang kita idam-idamkan. Sebagai balasan, kita malah mencela, “ Duh! Kalau mau beli apa-apa untukku, bilang-bilang dong! Aku ‘kan gak sukan model seperti ini !!!!!!”

Saat kita berusia 30 tahun, orang tua memberi tahu kita bagaimana cara merawat bayi. Sebagi balasan, kita malah berkata, “Papa, Mama, zaman sekarang sudah sudah beda. Nggak perlu lagi cara-cara seperti ini.”

Saat kita berusia 40 tahun, orang tua sakit-sakitan dan membutuhkan perawatan. Sebagai balasan kita menyewa perawat dan malah beralasan, “ Papa, Mama, aku sudah berkeluarga. Aku punya tanggung jawab terhadap keluargaku.”

-7 KEAJAIBAN REZEKI-

Astaghfirulloh.Dan entah apalagi yang pernah kita lakukan dan ucapkan pada orang tua. Kita seperti oramg hina yang tidak tahu balas budi. Beruntunglah bagi orang tua yang masih hidup, mari kita memohon maaf dan membahagiakan mereka. SEKARANG! Kapan lagi? Bismillah.

Komentar