Di dunia ini banyak hal-hal yang tidak rasional, tak terhitung mungkin. Misteri yang masih begitu banyak yang belum terpecahkan sehingga masih terkesan tidak rasional. Tetapi dengan sebuah Iman semua yang tidak raional itu selalu menjadi rasional, bahwa itu memang kehendak-Nya, Alloh Swt. Gak usah basi deh, contoh : sinetron “Putri yang Ditukar” yang tokoh utamanya diperankan Nikita Wili yang ceritanya “buuuaaassiiii abiiiis” dan mudah ditebak saja digemari banyak orang terutama kaum hawa, hehe bercanda.
Sekarang serius, misalnya, supaya sehat. Apa yang diajarkan agama?
· Puasa
· Shalat tahajjud
· Sedekah
Supaya rezeki bertambah, apa yang diajarkanoleh agama?
· Sedekah
· Shalat dhuha
· Shalat tahajjud
· Istighfar
· Zikir
· Tawakkal
· Syukur
· Menikah
· Berhaji
· Berumrah
· Memperbaiki ibadah.
Geleng-geleng ya? Tahu sendirilah, atas nama rasionalitas banyak orang sering berprasangka :
· Bukankah puasa itu bisa menyebabkan sakit?
· Bukankah sholat tahajjud itu mengurangi waktu tidur dan bisa menyebabkan sakit?
· Bukankah shalat dhuha itu mengurangi waktu produktif?
· Bukankah sedekah itu mengurangi rezeki?
· Bukankah menikah itu mengurangi rezeki?
· Bukankah haji dan umrah itu menghabiskan rezeki?
Ah, itu sih cuman omong kosong yang yang digunakan untuk menjatuhkan agama kita, AGAMA Islam. Tetapi bukankah yang tidak rasional tadi adalah rasional jika itu memang kehendak-Nya? Al-Qur’an dan Al-Hadist pun sudah membenarkan hal-hal yang tidak rasional diatas. Salah satu contoh saja, “perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Alloh (sedekah) adalah serupa sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berisi seratus biji. Dan Alloh melipatgandakan (balasan) bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya (QS. 2:261)”
Apabila pembaca sekalian masih meragukannya, silahkan buatlah eksperimen untuk membuktikannya, atau membaca buku yang membahas tentang hal-hal di atas. Jangan asal meniru tanpa dasar ya. Mohon maaf, karena saya belum bisa membahas satu persatu ha-hal di atas karena ketebatasan ilmu saya.
Komentar