Hari yang Mengubah Hidupku

Hari itu kira-kira tanggal 6 juli 2010, hari yang sudah merubah hidupku menjadi seperti hari ini. Di pagi yang cerah, seperti biasa ku bersiap-siap menuju rumah keduaku yaitu SMA N 1 Yogyakarta guna melihat pendaftaran adik-adik angkatan 2013. Setelah segala persiapan selesai ku bernangkat dan tak lupa aku memasukan laptopku ke tas ranselku menuju ke sekolah, kali aja diperlukan nantinya. Di perjalanan tidak ada perasaan aneh dan janggal.

Setibanya di sana, aku bercanda gurau hingga tertawa berlebihan seperti hari-hari biasanya, rapat membahas acara dan melihat calon siswa baru seperti hari itu hari yang sangat indah. Setelah selesai rapat, aku pun pergi kelapangan voli guna melihat perkembangan seleksi peneriamaan siswa baru. Teman ku Azhar bertanya kepadaku, “Nan, bawa lapto gak? Mbok dibuka biar enak mantaunya”, sahutku, “ aka bawa kok, nih” sambil meminjamkan laptopku. Aku, Azhar dan teman-temanku yang lainpun ikut memantau perkembangan seleksi tersebut.

Tak terasa adzan Dhuuhrpun berkumandang seraya menebarkan undangan bagi umat muslim untuk menunaikan sholat Dhuhur. Aku pun mematikan laptopku, lalu aku bersama teman-teman bergegas menuju ke masjid. Lalu menaruh tasku di samping pintu masjid di dekat orang yang sedang duduk di tengah pintu yang kemudian tersenyum melihatku menaruh tas. Dan aku pun membalas senyumannya dan langsung menuju ke tempat wudhlu. aku pikir dia bukan seorang muslim karena tidak ikut sholat padahal jamaah sudah dimulai.

Entah kenapa aku tidak merasa khusyu’ ketika sholat dan selalu memikirkan tas dan laptopku di belakang. Antara ingin membatalkan sholat lalu menengok ke belakang atu terus melanjutkan sholat. Hanya itu yang ada dipikiranku sambil lisanku membaca bacaan sholat. Tapi aku memutuskan untuk melanjutkan sholat dengan agak tergesa-gesa ketika menambah rokaat yaang kurang karena keterlambatanku. Setelah salam kepalaku langasung menengok dan astaghfirullohal’adzim, “ di mana tasku?”. Tanpa mngucapkan do’a setelah shalat aku berlari keluar dari masjid dan bertemu Luthfi, “ Luth tasku nggak ada! Di dalamnya ada laptopnya!”, sahutnya,” astaghfirullohal’adzim, ayo nan dicari”. Kami pun bergegas mencari dan menanyakan tasku yang hilang. Di dalam keadaan itu aku masih saja bercanda bersama teman-teman dan bersikap biasa saja walaupun dalam hati deg-degkan.

Seharian kita mencari dan hasilnya nihil, hanya tas ransel yang berisi buku tentang muktamar 100 abad Muhammadiyah. Aku tak membawa pulang tas itu karena memang itu bukan tasku. Lalu aku memutuskan pulang dan memberitahu orang tua. Yah begitulah aku mendapat nasihat yang sangat banya dari orang tua hingga tidak habis-habisnya, dan kemudian kuputuskan tidur karena tak henti-hentinya mendapat nasihat.

Sebelum tidur aku berpikir, bukan menyesali laptopku yang hilang karena aku sudah mengikhlaskannya tetapi sedang berpikir mencari hobi baru selain bermain game di laptop. Setelah semalam berpikir kutemukan hobi baru, yaitu bermain gitar dan bercita-cita menjadi gitaris handal. Dua hari selanjutnya aku bersama Rio temanku keliling di toko-toko alat musik seharian guna mencari gitar yang murah tapi bagus. Setelah berjam-jam aku membeli gitar seharga 150 ribu rupiah.

Namun beberepa pekan kemudian, aku banyak mendengarkan bahwa musik itu banyak mudhorotnya dari pada manfaatnya dan aku pribadi pun setuju dengan itu. Kuputar otak semalaman lagi dan munculah hobi membaca buku. Keesokan harinya sebelum pulang aku mampir di toko buku dan langsung membeli buku yang berjudul “Megaperson”, di covernya ada gambar Einstein. Kali aja aku jadi orang jenius kayak einstein hehe. Subhanalloh, setelah buku itu aku menjadi ketagihan membaca buku, buka yang bermanfaat tentunya. Hingga hari ini hobiku adalah membaca, membaca, dan membaca.

Aku jadi ingin bertemu orang yang membawa tas seisinya dan mengucapkan ,”trima kasih sudah mengambil tasku dan isinya saya ikhlas kok, oh iya kenapa anda mengambil tas saya? Apakah anda sedang ada masalah dan butuh uang? Kali saja saya bisa membantu”. Ya, begitulah perasaanku saat ini. Subhanalloh. Memang di dalam ujian past ada hikmahnya

Komentar

gendonracun mengatakan…
mbok ket mbyen wae, :D