Aku Orang Paling Menderita Sedunia

Di saat penuh dengan ujian dan cobaan, tuntutan organisasi, tuntutan dari temen-temen, kakak-kakak, dan juga orang tua yang tak pernah habisnya untuk didengarkan. Merasa hidup dalam penuh tekanan fisik dan batin. Ujung-ujungnya stres kemudian sakit dah. Ungkapan “ayo semangat boy”, “bisa wis bisa”, “sing sabar bos”, dan sebagainya, malah seperti penambah beban di kepala. Hadeh-hadeh, belum lagi tambahan masalah, tuntutan ini itu dan juga kritik-kritik halus maupun pedas, seperti siksaan yang sangat mengerikan di telinga dan kemudian menjulur ke seluruh tubuh, ironi memang. Ibarat detik itu akulah orang yang paling menderita sedunia.

Sampai setelah seorang sahabatku bercerita panjang lebar tentang masalahnya. Awalnya sih biasa keluhan normalah keluhan anak-anak muda jaman sekarang. Weits, tapi tunggu dulu, kok lama-lama semakin lama semakin ironis cerita temanku itu, sudah meneteskan air mata pula. Saat itu hanya perkataan “semangat bos” ya, kata-kata yang mirip dengan perkataan teman-temanku. Aku hanya tersipu malu, merasa bahwa akulah orang yang paling menderita sedunia adalah SALAH BESAR.

“Masih banyak kali orang-orang yang lebih menderita dari kamu, sangat banyak. Bahkan kamu itu tidak seberapa tau.“, kataku dalam hati. Untuk itu tanyakan selalu pada dirimu “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rohman ayat 13)”. Pasti kita bakal selalu bersyukur atas nikmat Alloh yang sangat besar, apapun itu.

Soal kritik, menurut cara penyampaiannya, kritik itu dibagi tiga macam, yaitu membangun, pedas tapi membangun, dan pedas namun tak membangun sama sekali.

· Membangun, contohnya “nak, rangkingmu kok semakin menurun? Ditingkatin lagi ya nak”

· Pedas tapi membangun, contohnya “kalo nilaimu jelek terus, besok mau kerja apa? Ngemis? Nilai jelek, makanya belajar”, ups, agak pedas ya.

· Pedas tak membangun, contohnya” dasar anak goblok, dari dulu nilai gak pernah bagus, punya otak nggak sih” waduh-waduh, buat para orang tua jangan sekali-kali mengeluarkan kata-kata itu ya.

Apapun isi dan cara penyampaiannya sebuah kritikan itu, cobalah terima dengan senang hati. Karena apa? Ya benar, karena itu diberikan dengan cuma-cuma alias gratis, coba bayangkan banyak perusahaan membayar banya demi mendapat kritikan atas produknya. Wahai sobat, kritikan juga dapat memberi tahu kita apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Nah mulai sekarang jangan suka menolak mentah-mentah kritikan yang dikatakan ya, jangan pula ditanggapi dengan emosional. Mereka sudah senang hati membantu kita dan tidak perlu kita bayar, kenapa harus kita marahin?. Begitu (ala mario teguh)

(spesial buat sahabatku yang lagi pada mumet dan yang masih agak emosional kalau dikritik, semangat)

Komentar